Pertumbuhan ekonomi global menjadi bentuk perhatian utama pemerintahan di berbagai negara. Laporan yang dirilis oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), pada Kamis (2/5/2024).
Dalam laporan tersebut menunjukkan perekonomian global mengalami pertumbuhan lebih cepat dari tahun sebelumnya. Adanya kenaikan yang disebabkan beberapa negara mendorong kenaikan faktor pertumbuhan ekonomi ini.
Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun Ini Stagnan?
Menurut Standard Chartered diperkirakan untuk PDB global 2024 ini sekitar 3,1%, tidak berbeda dengan periode 2023 sebelumnya. Sehingga, dapat dikatakan prediksi 2024 ini pertumbuhannya stagnan, tidak mengalami perubahan secara signifikan.
Kemudian, diperkirakan juga pada PDB atau Product Domestic Bruto secara global berikutnya di tahun mendatang yakni 2025. Perkiraannya akan ada peningkatan sebesar 0,1%, sehingga berubah menjadi 3,2%.
Berdasarkan laporan dari Global Focus Economic Outlook Q2-2024 Standard Chartered, melihat prospek 58 negara di dunia. Lalu, isu-isu geopolitik beserta implikasi pasar keuangan tahun ini dan selanjutnya.
Asia menjadi mesin penggerak utama pertumbuhan ekonomi global. Sedangkan, untuk negara di Afrika juga Kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, Afghanistan, dan Pakistan diprediksi akan tumbuh lebih cepat di periode 2024.
Kekhawatiran Kemungkinan Terjadinya Inflasi
Pemilihan umum yang ada di beberapa negara kemungkinan besar dapat mempengaruhi kegiatan investasi untuk sementara. Kemudian, keputusan mengenai waktu dan kecepatan penurunan suku bunga menjadi tantangan tersendiri.
Hal itu disebabkan kekhawatiran akan terjadinya inflasi. Bank-bank sentral besar kemungkinan memulai penurunan suku bunga beberapa bulan berikutnya, memberikan kelonggaran ruang kebijakan bank sentral di Asia pada kuartal ketiga.
Walaupun sebenarnya inflasi mulai melambat tahun terakhir ini. Tetapi, tekanan harga di dalam negeri tetap menjadi kekhawatiran mengingat kekuatan pasar tenaga kerja serta tidak selarasnya penyesuaian upah pekerja.
Negara China mengalami disinflasi ekspor, seperti harga barang secara global masih cukup rentan terhadap rantai pasokan secara teratur. Kenaikan proteksi perdagangan bisa membuat adanya pertambahan biaya.
Dampak disinflasi penurunan harga pangan dan energi yang mungkin berkurang sebelum perkiraan inflasi lebih rendah bisa dipertahankan. Khususnya saat meningkatnya permintaan minyak global memungkinkan nilai harga terdorong lebih tinggi.
Pertumbuhan Ekonomi Global Dipengaruhi Kawasan Negara
Pertumbuhan ekonomi lebih cepat, salah satunya tidak terlepas dari solidnya pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat. Dalam hal ini, inflasi lebih melandai dari ekspektasi Federal Reserve.
Diketahui pada Februari lalu, OECD memperkirakan perekonomian global tumbuh sebanyak 2,9% 2024 ini. Inflasi melandai didukung dari adanya pemangkasan suku bunga oleh bank sentral utama dunia di semester kedua periode 2024.
- Negara Amerika Serikat
Tumbuhnya perekonomian di negara Amerika Serikat perkiraannya mencapai 2,6% tahun ini. Nilainya lebih tinggi daripada estimasi sebelumnya sekitar 2,1%. Pertumbuhan selanjutnya diperkirakan akan mencapai 1,8%. - Negara Tiongkok
Tingkat pertumbuhan ekonomi global Tiongkok perkiraannya mencapai 4,9% tahun 2024 dan 4,5% periode 2025. Kenaikannya dikarenakan adanya peluncuran stimulus fiskal. Februari lalu, OECD memperkirakan kenaikan pertumbuhannya hanya meningkat sebesar 4,7% tahun ini. - Negara Jepang
Pada perekonomian negara Jepang diperkirakan mencapai 0,5% tahun 2024 dan 1,1% tahun 2025. Sebelumnya telah diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini mencapai 1% dan tahun selanjutnya juga 1%. - Pertumbuhan Ekonomi Zona Euro
Perekonomian zona euro pada tahun ini diperkirakan mencapai angka 0,7% dan tahun 2025 perkiraannya naik sebesar 1,5%. Sebelumnya, OECD memperkirakan kenaikannya di tahun ini 0,6% dan 1,3% tahun berikutnya.
Pertumbuhan ekonomi global tidak hanya didorong oleh beberapa negara saja. Namun, juga dipengaruhi faktor pendukung lainnya seperti jika adanya pemilihan umum di sejumlah negara tentu akan berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomiannya.
Belum Mampu Mencapai Target Inflasi Pada Beberapa Negara
Meski target inflasi belum dapat dicapai di beberapa negara. Bank-bank sentral mengkhawatirkan jika mempertahankan suku bunga terlalu tinggi dalam jangka waktu panjang berisiko merusak kegiatan perekonomian.
Karena kenaikan suku bunga riil telah berhasil melemahkan ketersediaan kredit serta meningkatkan utang. Selain itu, juga berdampak terhadap pengetatan moneter yang sebelumnya kemungkinan berkelanjutan nantinya.
Standard Chartered juga memperkirakan akan pertumbuhan beberapa negara besar yang berada di bawah tren tahun 2024. Seperti peningkatan pertumbuhan Amerika Serikat tahun ini mencerminkan banyaknya lapangan kerja dan momentum pertumbuhan yang berkelanjutan.
Perekonomian di Eropa kemungkinan besar tidak berubah pada kuartal pertama. Diperkirakan oleh Standard Chartered, pertumbuhan PDB di bawah 1% terjadi satu tahun ke depan meski momentumnya telah membaik.
Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Global di Indonesia
Standard Chartered menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB di Indonesia tahun 2024 menjadi 5,1% dari yang sebelumnya 5,2%. Hal tersebut dicerminkan dari pemasukan pemilu yang lebih kecil dari perkiraan.
Menurut Senior Economist Standard Chartered Bank Indonesia, Aldian Taloputra, transisi pemerintahan belum selesai dalam pembentukan kabinet. Tingginya inflasi pangan dapat mengurangi belanja konsumen, terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Meski begitu, negara Indonesia masih berada dalam siklus ekspansi. Pinjaman luar negeri swasta non-bank juga membaik. Sementara, belanja pemerintah meningkat pesat sebesar 30,1% year on year di bulan Februari.
Kenaikan tersebut didorong oleh belanja pemilihan umum pada pergantian pemimpin. Pertumbuhan ekonomi global dipengaruhi berbagai faktor, termasuk dari beberapa negara di berbagai kawasan sebagai penentu perubahan perekonomian.