Kalau kamu butuh uang, jangan jual Emas kamu. Gadaikan saja! Nanti kalau kamu punya uang tebus lagi gadainya. Itu nasihat almarhum Ibu yang selalu terngiang di kepala saya.

Tapi, kemudian saya koreksi sedikit, untuk yang sifatnya biaya (bayar sekolah, beli mobil, traveling, dsb) atau modal bisnis, betul saya tidak jual. Saya lebih memilih di gadaikan saja Emas nya. Tapi kalau tujuannya untuk membeli properti, Emas saya jual. Kenapa? Karena di tukar dengan properti, sama-sama aset.

Tahun 1988 ketika pertama kali saya meninggalkan rumah di Bandung untuk meneruskan sekolah (kuliah) di Jakarta. Saat pamit, ibu saya memberi saya 4 buah gelang Emas, jenis gelang keroncong. Saya kaget dan heran, kenapa ibu memberi saya gelang Emas.

“Ma, saya kan laki-laki. Masa di kasih gelang??”, tanya saya penuh keheranan.

“Simpan!”, jawab ibu saya tegas.

“Nanti, kalau Mama telak kirim uang, cari pegadaian terdekat. Gadaikan!”, lanjut ibu.

Walaupun saat itu sempat bingung, gelang Emas saya simpan baik-baik. Dan benar saja, dengan berjalannya waktu, cukup sering orang tua saya telat kirim uang, maklum saat itu jangankan e-banking, ATM saja masih belum banyak. Kalau kirim uang, ya pake wesel pos atau titip saudara yang pergi ke Jakarta. Daripada tidak bisa makan, ya pergi ke Pegadaian untuk gadaikan gelang Emas.

Begitu uang kiriman sampai, gadainya saya tebus. Tidak terhitung lagi, sudah berapa kali saya gadaikan gelang Emas tersebut sampai saya selesai kuliah. Dan ajaibnya, gelang Emas tersebut sampai sekarang masih ada, disimpan istri saya. Walaupun dari empat tinggal sisa 2, mungkin yang 2 lainnya lupa saya tebus di Pegadaian hahahaha….

Kalau dipikir-pikir, salah satu yang membuat saya bisa seperti sekarang ini, adalah karena Emas ibu saya.

Saya sendiri punya Emas 50 gram, yang mana Emas tersebut sudah bisa membiayai 3 anak saya masuk sekolah yang sama. Saat saya butuh uang untuk bayar biaya sekolah, Emas tersebut saya gadaikan. Kemudian, gadai tersebut saya kurangi pokok hutangnya sedikit-demi sedikit sampai utang saya lunas dan Emas yang 50 gram tersebut kembali ke tangan saya. Lihat artikel ini: Mengukur Biaya Pendidikan Anak Menggunakan EMAS

Banyak orang bertanya, kenapa Emas tersebut saya gadai, tidak saya jual? Itu sebetulnya pilihan saja, mau di jualpun tidak apa-apa (memang Emas simpanan untuk biaya sekolah anak). Namun, saya punya alasan yang sangat kuat saat itu. Kalau saya jual Emas 50 gram tersebut untuk biaya sekolah anak, saya tidak akan bisa lagi membeli Emas 50 gram dengan harga Rp 10 juta rupiah. Apalagi saat ini harga Emas 50 gram bisa mencapai Rp 48 juta rupiah.

Baca juga:
Konsep Gadai Berbeda Dengan Pinjaman atau Kredit Ke Bank 

Dulu ketika Ibu masih ada, istri saya paling senang kalau dapat telepon dari beliau. Karena, kalau ibu telepon dan meminta datang kerumah, pasti mau bagi-bagi Emas miliknya, hehehehe. Kebetulan, saya 4 bersaudara laki-laki semua, jadi yang beruntung dapat warisan Emas ibu, ya para menantunya. Dan pastinya, tidak ada wanita yang akan menolak di beri Emas…

Ada satu kalimat yang pasti Ibu saya katakan saat memberikan Emas pada menantunya: “Ingat ya, jangan pernah dijual! Kalau sedang butuh uang, gadaikan saja, nanti tebus lagi!

Saya sering tersenyum bila mengingat peristiwa ini. Apa yang ibu katakan dan kebiasaan ibu menabung dalam bentuk Emas, memang luar biasa. Saya bisa merasakan manfaatnya hingga kini, padahal sederhana saja caranya, tiap punya uang sisihkan untuk membeli Emas. Memang dulu ibu saya lebih banyak membeli Emas dalam bentuk perhiasan, karena memang saat itu tidak ada atau cukup sulit untuk mendapatkan Emas batangan.